Senin, 27 Desember 2010

TAFSIR Q.S. AL-TAUBAH (9): 122 DAN Q.S. AL-NISA’ (4): 170


TAFSIR
Q.S. AL-TAUBAH (9): 122 DAN Q.S. AL-NISA’ (4): 170
Oleh :
Muchlis. Sulemang
Edy Kurniawan
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAKASSAR
2010

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dizaman modern saat ini, tidak sedikit kelompok masyarakat yang berlomba-lomba dalam jalur kehidupan teknologi. Banyak diantara kita, bahkan dari kalangan anak-anak sudah mengenal dunia teknologi.
Jelasnya, saat ini dunia belahan manapun, tidak barat, tidak timur, entah murid SD, entah murid SMP, entah murid SMA, entah mahasiswa, entah bukan, semua berbondong bondong memburu teknologi. Teknologi tak kenal suku, ras, kekayaan maupun kemiskinan. Inilah salah satu dari sekian banyak viruz berbahaya. Pelan namun pasti mulai mengrogoti umat kita, umat Islam, sungguh mengerikan. Salah satu contohnya ketika kita mendengar berita di televisi, murid SD telah melakukan perzinahan, yang tidak lain contoh itu mereka dapatkan dari teknologi yaitu internet, Nauzubillahi min zalik, teknologi benar benar mampu merusak apa saja.
Fakta di atas adalah salah satu kejadian, yang ada dalam kehidupan modern. Menomor duakan pendidikan agama, sehingga
tidak ada filterisasi pada saat melakukan sesuatu di luar syariat Islam. Kalau kita melihat kembali sejarah, zaman Rasulullah saw. pernah, seluruh umatnya ingin melaksanakan jihad dan tak ada seorangpun yang tinggal untuk menimba ilmu agama, maka turunlah teguran sang Khalik dalam surah at-Taubah, pada ayat 122.
Dilain sisi, dahulu Rasulullah saw. tidak diakui oleh kaum musyrikin sebagai pembawa kebenaran, kebaikan serta ketentraman, bahkan Rasulullah saw. hanya mendapat cemoohan, cercaan serta celaan, ini tidak lain karena mereka menganggap Rasulullah saw. sebagai tukang sihir yang datang untuk menyesatkan umat.
Secara tidak kita sadari, kejadian ini kembali terungkap pada realita kehidupan modern, kita tak lagi memandang, memperhatikan, mempercayai Rasulullah saw. sebagai pembawa kebenaran. Ini dibuktikan, telah banyak kejadian yang melenceng dari tata cara kehidupan umat muslim yang dibawa oleh Rasulullah saw., ditambah, banyak dari kaum anak-anak hingga orang dewasa tak lagi mengidolakan Rasulullah Muhammad saw., tapi hanya artis-artis saat ini. Nauzubillah. Padahal Allah swt. sudah jelas mengatakan dalam surah an-Nisa 170 bahwa Rasul (Muhammad saw.) itu (membawa) kebenaran,dan patut diidolakan,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pertanyaan yang menjadi batasan masalah dalam makalah ini untuk pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1.Apa subtansi firman Allah swt., dalam Q.S. al-Taubah (9): 122 ?
2.Apa subtansi firman Allah swt., dalam Q.S. al-Nisa’ (4): 170 ?
3.Apa relevansi antara firman Allah swt. dalam Q.S. al-Taubah (9): 122 dan Q.S. al-Nisa’ (4): 170 bila ditinjau dari segi perspektif pendidikan ?
C.Tujuan dan Kegunaan
1.Tujuan
a)Untuk mengetahui subtansi firman Allah swt. dalam Q.S. al-Taubah (9): 122.
b)Untuk mengetahui subtansi firman Allah swt. dalam Q.S. al-Nisa’ (4): 170.
c)Untuk mengetahui relevansi antara firman Allah swt. dalam Q.S. al-Taubah (9): 122 dan Q.S. al-Nisa’ (4): 170 bila ditinjau dari segi perspektif pendidikan.
2.Kegunaan
a)Secara teoritis yaitu dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah Tafsir Tarbawi.
b)Secara praktis yaitu dengan hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan kajian bagi mahasiswa lain untuk mengetahui, memahami, dan lebih berhati hati dalam menafsirkan Al Quran.
BAB I
PEMBAHASAN
A.Subtansi Firman Allah swt., Dalam Q.S. Al-Taubah (9): 122
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Di zaman era globalisasi saat ini, tidak sedikit kelompok masyarakat yang berlomba-lomba mengejar kehidupan duniawi tanpa memperhatikan ilmu-ilmu agama. Seperti yang telah kami sampaikan dalam pendahuluan, yaitu fenomena umat yang gila akan teknologi merupakan salah satu kegiatan manusia yang mengejar kehidupan duniawi.
Bahkan sangat ironis jika mereka menganggap kegiatan mereka sudah benar. Padahal mereka tidak sadar, dengan mengejar kehidupan duniawi tampa mendalami ilmu agama akan menyesatkan mereka serta berujung pada penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Fenomena ini mengingatkan kita dengan firman Allah swt. dalam surah al-Taubah, ayat 122, tentang masyarakat saat itu yang berlomba-lomba ke medan perang tanpa memperhatikan pengetahuan tentang agama. walaupun saat ini tak ada lagi peperangan, tapi disisi lain ada kesamaan antara keduanya, yaitu dalam hal melakukan sesuatu yang dianggap berguna dan meninggalkan ilmu ilmu agama.
Dalam ayat itu Allah swt. menjelaskan bahwa tidak seharusnya semua orang mukmin berangkat ke medan perang, apalagi peperangan itu tak membutuhkan banyak kaum muslim. seharusnya, sebagian pergi untuk peperangan dan sebagian lagi tinggal menuntut ilmu agama.
Menuntut ilmu memiliki makna sama dengan perang (jihad) yang memerlukan kesabaran, pengorbanan dan harta benda. Oleh karena itu, Kekhawatiran akan tidak mendapat pahala jihad tidak perlu dirisaukan lagi. Maksud Allah swt. adalah agar ajaran agama Islam dapat disebarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan secara maksimal serta kecerdasan kaum muslimin dapat ditingkatkan.
Menuntut ilmu dan menyiapkan ilmu, itulah kata penting untuk kesuksesan sebuah pekerjaan, bahkan bukan hanya pekerjaan tapi semua kegiatan yang dilakukan oleh kita, tak luput dari ilmu. Ilmu adalah pelita. Melaksanakan amal tanpa ilmu, kata Umar bin Abdul Aziz, lebih banyak merusaknya dari pada memperbaikinya.
Ilmu tidak akan didapatkan dengan baik tanpa adanya pendidikan yang baik pula. Secara nasional pendidikan mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. dengan kita mengetahui tujuan pendidikan nasional, sudah selayaknya kita mendukung dan ikut serta dalam kinerja pendidikan demi terwujudnya cita cita bangsa serta syiar Islam.
Era digital telah menciptakan dan melahirkan kemajuan yang sangat luar biasa di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Dimulai dengan hadirnya alat hitung, era komputer dan kemudian berkembang kesegala lini hingga merambah kedunia penerbangan dan luar angkasa. Perubahan yang luar biasa dan hampir disegala sektor. Terjadi lompatan waktu yang mengagumkan, khususnya di bidang teknologi.
Tetapi apa yang terjadi saat ini, masyarakat mempergunakan teknologi digital hanya pada bidang teknologi dan iptek saja. Sedangkan mental pengguna teknologinya terbelakang bahkan bisa dikatakan masih analog, akibatnya terjadi kepincangan dalam alur kehidupan. Mereka telah menggunakan laptop, telepon genggam, facebook, twitter, e-mail yang merupakan hasil teknologi digital, namun banyak dari mereka yang justru mengalami stress atau gangguan kejiwaan, serta tindak kejahatan dimana-mana. Mengapa? Karena yang digital itu baru perlengkapan(piranti), dan belum mencakup mentalnya. Mental yang dimilliki orang-orangnya masih tertinggal jauh di belakang, kalah dengan kecepatan sitem digital itu sendiri.
Banyak lagi orang yang merasa sudah mencapai cita-cita atau mencapai puncak kesuksesan baik karier maupun materi, tetapi mereka merasakan sesuatu yang hampa dan kosong. Padahal mereka orang-orang yang sangat bermanfaat secara sosial dan ekonomi bagi perusahaan dan pekerjaannya, tetapi kehilangan makna spiritual dalam dirinya. Penyakit seperti ini banyak diderita oleh orang-orang modern yang sering dinamakan spiritual patology atau spiritual illness.
Secara tidak kita sadari banyak sekali fenomena yang terjadi di belahan dunia, khususnya Indonesia negara kita, semua tidak lain karena kurangnya mental spiritual untuk membendung semua sikap negatif.
Dari sekian banyak ayat yang diturunkan oleh Allah swt., surah al-Taubah, ayat 122 adalah salah satu seruan Allah swt. untuk umat Rasulullah yang juga mengenai alur kehidupan modern saat ini.
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” seharusnya mulai saat ini kita harus menyadari kalimat pertanyaan ini. Yaitu seruan menuntut ilmu dan saling mengingatkan diantara kita.
Menuntut ilmu, bukan hanya ilmu duniawi tetapi harus diberengi oleh ilmu agama sebagai pencetak mental spiritual dan menciptakan energi spiritual yang hanya bisa dirasakan melalui hati yang jernih, demi terwujudnya cita cita bangsa serta syiar Islam.
B. Subtansi Firman Allah swt., Dalam Q.S. al-Nisa’ (4): 170
Artinya :
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sebagai seorang tokoh besar sepanjang sejarah, Nabi Muhammad saw. Memiliki banyak sisi. Beliau bukan sekedar nabi bagi umat Islam, tapi juga sosok yang patut ditiru oleh manusia. Beliau adalah suritauladan bagi segenap umat di segala penjuru dunia.
Namun sayang, dalam kapasitasnya yang begitu besar, kebanyakan dari kita, acapkali hanya memandang beliau sebagai sosok nabi dan pemuka agama bagi kaum muslimin. Atau bahkan kita hanya mengenal nama beliau.
Allah swt. Telah menegaskan bahwa Rasulullah saw. adalah pembawa kebenaran. Tapi apa jawaban umat, umat hanya mengiyakan tanpa adanya pengamalan serta wujud aplikasi terhadap perkataan-Nya.
Telah banyak sekali fakta yang terjadi dimuka bumi yang menggambarkan ketidakpedulian kita terhadap Rasulullah saw. mulai dari cara kita bangun tidur hingga cara kita tidur kembali. Fenomena ini terjadi akibat kurangnya kesadaran umat atas ajaran yang telah disampaikan oleh beliau, yang notabene telah mereka dapatkan, walaupun tidak langsung dari Rasulullah saw.
Tafsiran Ayat Berdasarkan terjemahan di atas dapat kami pahami, bahwa Allah swt. Memerintahkan kita untuk beriman kepada Rasulllah saw. segagai pembawa kebenaran, kebaikan serta ketentraman.
Seruan ini harus menyadarkan kita dari tidur panjang selama ini, bangkit dan membangun kembali mental spiritual kita untuk menyadari keberadaan muhammad saw. dan wujud kesadaran kita kepada beliau adalah dengan melaksanakan sunnah-sunnahnya serta tetap dalam garis orbit kita sebagai umat Rasulullah saw. Kesadaran bukan sesuatu yang nampak dari luar secara indrawi melainkan secara intristik (dari dalam).
Dan ingat ketika kita kafir kepada Allah swt., ini sama sekali tidak merugikan-Nya. Sesungguhnya kitalah sebagai ciptaannya yang rugi layaknya hamba yang tidak mencintai rajanya maka kita akan sengsara dalam kehidupannya. Cintailah Allah swt. Maka Allah swt. Juga akan mencintai kita.
Ibnu Qayim al jauziyyah berkata, Jika kamu ingin tahu seberapa besar cinta Allah swt. Padamu dan pada selainmu, maka lihatlah volume cinta kita kepada Alquran di hatimu. Selain itu hikmah dibalik bercinta karena allah swt. Adalah kelanggengan cinta. Semakin kita mencintai Allah swt. Maka semakin besar kecintaan kita kepada ibu, bapak, kakak, adik dan sebagainya.
Percaya, beriman kepada Rasulullah saw. sebagai pembawa kebenaran dan cintailah Allah swt. Adalah kunci pendobrak pintu keberhasilan di dunia dan akhirat. Aidh al-Qarni berkata, cinta pada Allah swt adalah kebahagiaan yang dasarnya lebih dalam dari setiap sesuatu yang dalam. Perasaan itu pun tak bisa digantikan.
Bila hidup adalah telaga, Muhammad saw. Tak ubahnya mata air. Darinya terpancar air kehidupan, jernih dan tiada henti. Denganya kedahagaan yang kerap melingkupi insan segera sirna. Tidak mengherankan, bila sosok Rasulullah saw. menjadi sumber inspirasi bagi seluruh manusia. Tutur katanya menarik disimak, nasihatnya menjadi cahaya, sabdanya menjadi acuan, prilakunya merupakan panduan. Beliau adalah sosok pemimpin umat dengan segenap kebijakan sosial dan politik yang jitu dan panglima perang tangguh. Oleh karena itu, tak ada keraguan didalam dirinya sebagai sumber inspirasi, motivator dan kebenaran.
C.Relevansi Antara Firman Allah Swt. Dalam Q.S. Al-Taubah (9): 122 dan Q.S. Al-Nisa’ (4): 170 Bila Ditinjau Dari Segi Perspektif Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memilki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan.
Seperti yang dikatakan diatas, Menurut kami, pendidikan sangat fleksibel dan cocok bila dikaitkan dengan segala kegiatan masyarakat. Dalam pembahasan kali ini kami akan merelevansikan antara firman Allah swt. dalam Q.S. al-taubah (9): 122 dan Q.S. al-nisa’ (4): 170 Bila Ditinjau Dari Segi Perspektif Pendidikan.
Pada sub bab sebelumnya telah disinggung tentang ayat Q.S. al-taubah (9): 122 yang mengandung makna perintah menuntut ilmu dan saling mengingatkan antar umat manusia. Dari segi perspektif pendidikan, ini sangat berguna bagi kelangsungan kehidupan manusia yang bermoral, karena yang akan membentuk moral serta mental spiritual adalah ilmu agama dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dengan wujud saling mengingatkan dalam kebaikan.
Rasulullah adalah tokoh proklamator pendobrak kesesatan serta guru di segala belahan dunia. Sudah selayaknya kita menjadikan beliau sebagai contoh dan motivator dalam diri kita demi terwujudnya keberhasilan di dunia dan di akhirat.
Allah swt. Sangat mengharapkan keberhasilan hambanya, ini diwujudkan dengan turunnya Alquran, khususnya Q.S. al-taubah (9): 122 dan Q.S. al-nisa’ (4): 170. Bila dikaitkan antara kedua, sama-sama mempunyai prinsip dan unsur pendidikan tentang perintah kepada segala kebaikan, keshalihan, kematangan, keadilan, berbuat baik, kejujuran, berbakti, silaturrahim dan akhlak yang terpuji, dan juga berupa larangan dari kejahatan, kerusakan, kezhaliman, melampau batas, akhlak yang jelek, berdusta dan durhaka.
Tanpa prinsip-prinsip itu, banyak orang yang sudah bekerja keras dan telah mencapai kesuksesan secara materi, masih saja merasa kekeringan dan perasaan hampa.
Ingat, jangan hanya membidik, tetapi tidak pernah menarik pelatuk. Setiap hari hanya bercerita tentang bidikan-bidikan, yang seharusnya dibidik. Dan setelah itu, bercerita lagi bahwa lima tahun yang lalu saya seharusnya menarik pelatuk itu tetapi tidak saya lakukan. Begitu seterusnya dan berkata lagi seharusnya dan seharusnya. Dan waktu terus berlalu hingga datang ajal menjemput, sedang ia hanya berandai-andai dan tidak melakukan apa-apa.
Ambil keputusan, tarik pelatuknya! Arahkan laras senapan anda ke matahari, kami tahu bahwa peluru yang anda tembakkan tidak akan menjangkau matahari, akan tetapi peluru yang anda tembakkan akan terbang tinggi melayang. Peluru anda akan terbang tinggi dibanding jika anda mengarahkan laras senapan tanpa melakukan sesuatu apapun. Keberhasilan anda di dunia dan di akhirat bukan diukur dari seberapa tinggi peluru terbang melayang, akan tetapi lebih pada niat yang ditanamkan dan upaya yang dilakukan serta spirit dan ilmu agama yang diaplikasikan dan diamalakan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian-uraian sebelumnya yang menyangkut Q.S. al-Taubah (9): 122 dan Q.S. al-Nisa’ (4): 170, maka dalam bab ini penyusun akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A.Kesimpulan
1.Perintah Allah swt. menuntut ilmu agama disamping sebagai bahan dakwah, ilmu agama juga berfungsi untuk menyeimbangkan iptek digital dan imtaq digital dalam masyarakat.
2.Telah datang kepada kita rasul yakni Muhammad saw. Sebagai pembawa kebenaran dari Allah swt., maka keharusan beriman kepadanya adalah wajib, dan sama sekali Allah swt. tidak dirugikan bila hambanya berpaling dari-Nya
3.Bila dikaitkan antara keduanya, sama-sama mempunyai prinsip dan unsur pendidikan tentang perintah kepada segala kebaikan, keshalihan, kematangan, keadilan, berbuat baik, kejujuran, berbakti, silaturrahim dan akhlak yang terpuji, dan juga berupa larangan dari kejahatan, kerusakan, kezhaliman, melampau batas, akhlak yang jelek, berdusta dan durhaka.
B.Saran-Saran
Untuk kemajuan pemahaman dibidang agama, maka penulis merasa perlu memberikan saran-saran yang diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dan sumbangsih pemikiran bagi generasi bangsa pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya sebagai berikut :
1.Di tengah-tengah kondisi bangsa kita yang sedang dilanda krisis multi dimensi khususnya dibidang agama, maka kita semua senantiasa dituntut untuk dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga akan melahirkan manusia yang berkualitas dan berkepribadian yang tinggi.
2.Kepada para generasi bangsa agar dapat senantiasa mengetahui dan memahami gejala sosial yang ada sehingga dalam pergaulan tidak keluar dari ketentuan kita sebagai umat muslim dan dapat mewujudkan harapan Rasulullah saw.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ari Ginanjar, Rahasia sukses membangkitkan, ESQ power , Jakarta: Penerbit Arga. 2007.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2009.
M. Idham, Kusmarwanti, Smart Love , Jakarta: gema insani, 2007.

Penasaran,Lanjut disini:)......
Template by : kendhin x-template.blogspot.com.Muchlis